Beberapa hari terakhir, harga gas elpiji ukuran tiga kilogram meroket. Bahkan, di beberapa lokasi di Jakarta harganya mencapai Rp 25 ribu per tabung.
Mendengar berita ini, Menko Perekonomian Sofyan Djalil malah menyalahkan banjir. "Siapa bilang (naik)? Kemarin kena banjir kali," ujarnya di Istana Kepresidenan, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (24/2).
Sofyan memastikan pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan menaikkan harga gas elpiji ukuran tiga kilogram. Hingga saat ini, harga yang diberlakukan masih tetap.
Karena itu, tidak ada rencana pemerintah melakukan langkah-langkah untuk menurunkan harga gas elpiji tersebut. "Sebenarnya nggak ada masalah itu, karena supply cukup. Mungkin itu (kejadian) di satu tempat saja," ucapnya.
Ditambahkan Sofyan, yang terjadi hanya masalah supply. Karena itu, solusinya hanya tinggal pemerataan pendistribusian. "Intinya supply saja. Subsidi tetap. Pertamina kan nggak ada masalah. Mereka tinggal nyalurkan berapapun karena ditanggung pemerintah kalau yang tiga kilogram," tandasnya seperti dilansir
Rmol.Nah, yang jadi pertanyaan sekarang adalah: banjir salahkan siapa? Tentu saja rakyat ingat Jokowi pernah bilang, "Banjir dan macet Jakarta akan lebih mudah jika saya jadi presiden," jualan politiknya masa kampanye Pilpres 2014 yang lalu. Kini, Jokowi sudah jadi presiden, banjir tetap terjadi. Pantaskah banjir salahkan Jokowi? [sal]