Walau sempat heboh dengan istilah
'Jokowi Lebih Baik Berteman Duda Daripada Di Dikte Janda'. Namun pada praktisnya, presiden Jokowi tidak mudah untuk melakukan hal tersebut. Dan memang sampai saat ini, kabar Jokowi akan meninggalkan Megawati Soekarno Putri masih sebatas wacana saja. Artinya, Jokowi bukanlah seperti Ahok yang berani keluar dari partai Gerindra. (Baca,
Mungkinkah Jokowi Mengikuti Jejak Ahok)
Hal ini berkaitan dengan munculnya pertanyaan publik usai pertemuan Prabowo dengan Jokowi di Istana Kamis 29 Januari 2015 lalu. Konkritnya pertanyaan itu: Apakah pertemuan itu menjadi sinyal Jokowi berusaha merapat ke Koalisi Merah Putih (KMP) dan menjauhi Koalisi Indonesia Hebat (KIH) beserta Megawati Soekarnoputri?
"Saya kira tidak. Terlalu besar konsekuensi dan risiko politik yang akan didapat Jokowi," kata pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Idil Akbar kepada
Sindonews, Minggu (1/2/2015).
Selanjutnya, menurut dia, mantan Gubernur DKI Jakarta itu akan menghadapi risiko besar jika memutuskan untuk meninggalkan KIH. "Risiko yang paling besar adalah Jokowi akan kehilangan dukungan politik sama sekali (dari KIH) di parlemen," tutur Idil
Sebaliknya, menurut dia, pertemuan Jokowi dan Prabowo di Istana Bogor memberikan dampak positif bagi KMP. "Bagi KMP, mendekatnya Jokowi bisa jadi membawa keuntungan berupa kepercayaan publik," ujar Idil.
Meskipun begitu, dalam dunia politik tidak ada yang mustahil, semua bisa saja terjadi. Kapan hal itu akan terjadi hanyalah masalah waktu saja. Jika memang tidak terjadi Jokowi meninggalkan janda dan berteman duda, itulah dunia politik yang sukar untuk di tebak. [sal]