Publik lagi harus di paksa membaca ada apa sebenarnya antara Jokowi dengan Megawati. Dalam membaca hal ini, ada orang yang dengan mudah menyimpulkan, tapi tidak semua orang. Makanya selalu muncul berbagai spekulasi - spekulasi atas peristiwa pertemuan Jokowi dengan Prabowo dan yang baru - baru ini adalah Puan Maharani satu meja dengan para petinggi dan
ideolog Koalisi Merah Putih (KMP).
Laman
Piyungan memuat berita, bahwa: tindakan berani Jokowi dengan "bermain api" dan mengundang Prabowo Subianto serta BJ Habibie ke Istana Bogor, dianggap sebagian kalangan sebagai bentuk serangan nyata ke kubu KIH dan PDI P, secara khusus.
Banyak pendapat yang mengatakan pula bahwa pertemuan Jokowi dan mantan seterunya dalam Pilpres 2014 itu adalah sinyal kuat bahwa Jokowi tidak selemah yang dibayangkan Megawati dan petinggi PDI P lainnya.
Artinya, Jokowi tidak akan sungkan-sungkan mengambil langkah ekstrem untuk, misalnya, melepaskan diri dari belenggu PDIP dan bergabung dengan Partai Gerindra atau kubu KMP.
KIH ternyata tak tinggal diam. Mereka pun melancarkan psywar dengan meminta Puan mengambil langkah simpatik dengan menemui petinggi KMP.
Permainan ini menjadi semakin menarik, pasalnya, Puan Maharani selama ini dianggap kaku dalam berpolitik.
Puan, Ahad 1 Februari 2015 kemarin, nampak duduk bersama tokoh-tokoh KMP di sebuah perhelatan di Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, Puan Maharani dikelilingi tokoh-tokoh kunci KMP, Prabowo Subianto, Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, Fahri Hamzah, dan Anis Matta.
Ada banyak kesan yang bisa dibaca dari pertemuan Puan dengan tokoh-tokoh kunci KMP ini. Tetapi untuk sementara yang paling kasat mata adalah kesan bahwa pertemuan itu bisa dikembangkan ke arah yang lebih menguntungkan PDI P dan kubu Megawati dalam permainan politik menghadapi Jokowi.
Singkatnya, langkah Puan ini adalah pesan untuk Jokowi. Tak hanya Jokowi, Puan pun bisa mesra dengan KMP.
Namun, Fahri Hamzah menegaskan bahwa pertemuan Puan dengan para petinggi KMP hanya kedekatan pribadi saja. Pernyatakan Wakil Ketua DPR RI itu termuat pada laman
Detik sebagai berikut.
"Itu hubungan pribadi, jangan politisir acara pernikahan. Kebetulan Pak Ahmad Rilyadi pernah di Komisi VII DPR. Waktu Pak Anis Matta mundur jadi pimpinan dewan, dia back up partai. Tempel Pak Anis. Sehingga dia dalam kapasitas back up Pak Anis dia kenal semua (tokoh politik). Kenal Pak Ical, Pak Prabowo, Puan dan teman-teman PDIP," kata Fahri Hamzah saat dikonfirmasi wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (2/2/2015).
Foto Puan semeja itu muncul di sosial media diunggah oleh sejumlah elite PKS. Salah satunya Sekjen PKS Taufik Ridlo, yang mengunggah foto tersebut di twitter pada Minggu (1/2/2015).
Fahri menuturkan tak ada pembicaraan politik dalam pertemuan singkat tersebut. "Ah, itu omongan orang makan," kilah Fahri. [sal]