Presiden Joko Widodo seperti pengutang yang diburu tukang tagih sejak saat pertamakali terpilih dan dilantik sebagai Presiden RI bahkan hingga sekarang.
Jokowi dikepung oleh kekuatan pengutang, pemburu projek dan jabatan karena tekah dijanjikan saat Pilpres.
"Para pengutang tersebut adalah Parpol pendukung, para pengusaha, aktivis yg tergabung dalam relawan, tokoh masyarakat & pemuka agama, kaum intelektual serta berbagai kekuatan international yg mempunyai kepentingan untuk merampok Indonesia," ungkap Jubir Jaringan Aktivis Prodem, Iwan Sumule (Rabu, 11/2).
Kini para pengutang tersebut makin mengamuk lantaran saat jatuh tempo utang, Jokowi tak membayar utang kepada mereka yang merasa memberi utangan paling gede saat berlangsung Pilpres. "Jokowi justru dituduh membagi-bagi jabatan kepada mereka yang tak punya jasa memberi utangan bagi pemenangan Jokowi," jelas politikus muda ini.
Jokowi sendiri bukan seorang pemilik parpol, bukan juga pemilik stasiun televisi atau media cetak. Jokowi juga bukan seorang konglomerat yang punya duit berlimpah.
"Walaupun demikian Jokowi bukan seorang 'wong cilik' sebagaimana yg dicitrakan. Jokowi sendiri adalah seorang sarjana Kehutanan UGM (kampus & fakultas ternama), juga seorang pengusaha menengah yang jual beli mebel," imbuhnya.
Sementara saat Jokowi tampil sebagai capres, situasi poĺitik Indonesia sedang hancur-hancurnya, baik dari segi tata nilai maupun tata sistem kenegaraan, semuanya diukur & ditentukan oleh uang.
"Karena itu, para pengutang tersebut merasa paling berhak mendapatkan giliran utama untuk dibayarin utangnya yang telah dikeluarkan saat Pilpres," lanjut Sumule.
Karena itu, dia menegaskan, bila Jokowi tak segera digulingkan, negara & bangsa sedang dipertaruhkan keutuhannya, terancam bubar atau diobral habis, karena dipimpin oleh seorang presiden yang lemah karakter, tak punya wibawa & sedang disandera oleh kekuatan para "debt collector" pemburu projek dan jabatan. [zul/rmol]