Merasa dianiaya dan tidak dianggap oleh partai yang dicintainya selama ini, Made Arjaya yang selama ini tokoh terkenal di PDIP Bali, dengan berat hati merapat ke Partai Demokrat.
"Ideologinya sama yakni Pancasila dan UUD 45. Kemungkinan dalam politik itu selalu ada. Di Demokrat ini semua teman dan komunikasi politik dengan siapapun boleh," ucap Arjaya, Rabu 11 Maret 2015.
Arjaya menuturkan jika dirinya beberapa tahun belakangan ini merasa tidak nyaman dengan partai asuhan Megawati itu. Untuk itu, tokoh asal Sanur itu mengakui saat ini dirinya justru merasa nyaman di partai lainnya.
"Di rumah kita yang dulu sudah tidak nyaman dan merasa malu-malu. Anehkan, sementara di partai tetangga, kita merasa nyaman dan tidak malu. Coba bayangkan, saya ke Kantor DPD PDIP Bali tidak ada yang mengajak saya ngomong, sedih khan," tuturnya.
Selain itu, hal lain yang membuat Arjaya sangat kecewa adalah selama 3 tahun lebih kartu tanda anggota (KTA) PDIP yang diurusnya sejak lama namun tidak dikeluarkan sampai saat ini.
"KTA PDIP saya sudah mati lama, mulai proses Pilgub Bali itu sampai sekarang tidak dikeluarkan padahal sudah lama saya urus dan ajukan di DPD PDIP. Makanya kemarin karena tidak punya KTA saya sadar diri maju jadi calon DPD. Padahal di PDIP saya merasa lebih dari pak Koster," ungkapnya.
Mantan anggota DPRD Bali itu menegaskan setiap langkah politiknya selalu berhitung dan punya sesuatu tujuan yang jelas yang harus dicapainya.
"Kita lihat perkembangan kedepan. Kalau saya terjun pasti berhitung dan punya sesuatu. Saya akan dekat dengan se visi demi kepentingan bangsa dan negara," jelasnya.
Baginya, politik tidak hanya mengejar kekuasaan, harus mau melakukan perjuangan dan bertarung dengan kekuatan penuh dengan daya dobrak serta daya juang tinggi.
"Saya harus berani melawan arus untuk menjadi petarung yang unggul. Hanya ikan yang sakit dan tidak berkualitas yang hanya ikut arus," tegasnya.
Terkait pilkada serentak nanti, Arjaya mengakui ada keinginan dirinya untuk maju. Namun, ia tahu diri dan cukup menjadi ketua tim.
"Keinginan maju ada dalam pilkada, namun yang jelas saya ingin setiap partai mengusung demokrasi. Dalam pilkada nanti harapan saya kandidat yang maju bisa mendobrak dan harus ada perubahan jangan stagnan seperti saat ini," pungkasnya. [inilah]