Penyesalan memang selalu datang terlambat, jika di depan namanya uang muka.Sebuah ungkapan yang tepat bagi mereka yang sedang menyesal.
Terkait dengan banyaknya janji Jokowi yang tak sesuai kenyataan, satu demi satu pemilihnya kecewa alias menyesal. Mungkin ada banyak yang masih menyembunyikan kekecewaan karena malu. Namun, ternyata ada juga yang dengan frontal ekspresikan penyesalan itu ke publik.
Media sosial menjadi sarana ekspresi penyesalan yang kian membuncah tak tertahankan.
Apa Jokowi sedikit pun tidak ingat dengan apa yang dijanjikannya sewaktu kampanye pilpres 2014 dulu, ya? Karena hampir semua janjinya tak di tepati. Itulah yang membuat sebagian rakyat tak habis pikir. Jangankan masyarakat awam, sama partainya sendiri (PDIP) pun Jokowi tega berbuat kecewa, sampai - sampai Megawati di kabarkan kesal dan mendiamkan Jokowi beberapa waktu yang lalu. Tidak jauh berselang muncul spanduk "Jokowi Maling Kundang".
Pelajarannya, jika orang dekat Jokowi, seperti Megawati bisa kesal kepadanya, maka wajar jika masyarakat awam pun lebih kesal.
Lihat saja sekarang, semua harga pada naik, harga dolar, harga beras, harga minyak, transportasi dan lain - lain. Anehnya, sikap pemerintah masih terlihat tenang - tenang saja. Malah di sibukkan dengan bagi - bagi jatah kursi kekuasaan. Luhut Pandjaitan melalui Peraturan Presiden No 26 Tahun 2015 mendapat wewenang baru yang sejatinya tak begitu relevan dengan kesejahteraan rakyat. Malah Jusuf Kalla kesal jadinya, lantaran merasa kekuasaanya di langkahi. Pecah kongsi antara Jokowi dan Jusuf Kalla pun jadi isu yang mencuat ke publik.
Ya, JK di nilai sebagai ancaman bagi Jokowi. Makanya melalui Luhut, Jokowi mengamankan posisi dirinya. Mereka sama mereka pun saling curiga. Inikah yang di namakan, "Bisa hancur negera ini kalau Jokowi jadi Presiden" pak tua?
Selain itu, fenomena yang terjadi, banyak rakyat lebih senang dengan tagar #SaveKPK, #SavePolri dan #Saveahok sampai #SaveHajilulung. Sementara #SaveRakyatMiskin entah kapan. Sungguh aneh tapi nyata.
Jokowi pun pada posisi dilema dan tersandra. Dilema untuk mengambil keputusan, maju kena mundur kena, diam pun kena. Dan Tersandra dengan berbagai kepentingan - kepentingan investor politiknya. Langkah irrasional pun terpaksa di lakukan, seperti jadikan Proton Mobil Nasional, ada lagi yang lain tentunya.
Nah, di bawah kepemimpinan Jokowi yang tak tahu mau di bawah kemana Indonesia tercinta ini, tak jelas. Gejolak masyarakat tak dapat di cegah. Aksi begal motor, anarkis, demonstrasi yang berujung tindakan represif kepolisian terus terjadi. Mau kemana - mana Jokowi selalu di sambut dengan massa yang melakukan demo, khususnya Mahasiswa. Rasa aman pun jadi mahal.
Ketika rasa aman sudah hilang dan mahal, terjadilah dialog penyesalan di laman media sosial
Twitter seperti gambar berikut;
Sekedar informasi, dialog diatas menjadi menarik karena tersebar kesana kesini pada laman
twitter dan mendapat respon beragam serta unik - menggelitik. [JK Sinaga]